Sharing 'n diskusi yuk.....
Dah pada tahu metode ini kan?
5S merupakan metode housekeeping management dari Jepang yang terdiri dari Seiri,
Seiton, Seiso, Seiketsu dan Shitsuke. Program 5S dapat lebih
mudah dipahami melalui Prinsip 5S sebagai berikut :
- Seiri [Ringkas]: Menyingkirkan barang-barang yang tidak
diperlukan dari tempat kerja
- Seiton [Rapi]: Ada tempat tertentu untuk tiap barang,
tidak ada yang tercecer
- Seiso [Resik]: Membersihkan segala sesuatunya
- Seiketsu [Rawat]: Melestarikan kondisi yang sudah
ringkas-rapi-bersih di tempat kerja
- Sheitsuke
[Rajin]: Menjaga tempat kerja agar tetap stabil merupakan proses yang terus
menerus dari peningkatan berkesinambungan.
Melalui implementasi program ini diharapkan berbagai pemborosan yang ada
dapat diminimalkan sehingga terjadi peningkatan produktifitas dan efektivitas
dari perusahaan (Osada, 2011). Meskipun, sikap
kerja 5S memang bukan faktor
penentu terciptanya efektifitas kerja di suatu perusahaan,
tetapi dengan adanya penerapan 5S efisiensi kerja dapat ditingkatkan. Kartika
dan Hastuti (2011) menyatakan bahwa sikap kerja 5S menjadi kurang efektif apabila tidak
ada penghargaan, penilaian dan komunikasi yang intens
kepada pekerja dan pihak manajemen.
Teorinya sih gampang, tapi apliksinya susah bangeeeeeeeeeeet...
tiap habis ngerjain pesenan mesti berantakan lagi. Mesti bertahap 'n
konsisten... Ini yang qt coba kerjain, meskipun belom total sih.. bismillah, bertahap. Moga bermanfaat.
1.
Bahan
sisa seperti perca flanel dikelompokan dalam suatu wadah dan digunakan kembali
untuk menghias produk sehingga flanel sisa dapat diminimalkan.
2.
Pembuatan
kartu indikator warna flanel untuk memudahkan pencarian kartu stock, menyamakan persepsi dengan
customer, dan agar tidak salah membeli flanel karena warna dan jenisnya yang
sangat bervariasi.
3.
Setiap
item diletakkan sesuai jenisnya dan dipisahkan sesuai kelompoknya. Peletakan
disesuaikan dengan ukuran, jenis, dan fungsinya. Selain itu, semua item
diletakkan di tempat terbuka atau wadah bening atau wadah yang sesuai warnanya
untuk memudahkan pencarian. Misal, mika, box mika, tatakan, dan tutup kemasan ukuran kecil, sedang maupun besar dimasukkan
dalam kelompok kemasan. Pita biru, biru muda, biru laut, biru tua dimasukkan
dalam wadah warna biru.
4.
Terdapat
kartu stock untuk setiap item yang disimpan sesuai
kelompoknya masing-masing dengan indikator warna yang berbeda agar memudahkan
pencarian. Misal, kartu stock kepala polos, kepala bersanggul, kepala putra,
badan hitam, dan sejenisnya menggunakan kertas warna biru. Sedangkan kartu stock warna merah digunakan untuk segala macam
flanel.
5.
Setiap
kartu stock diberi keterangan safety stock yang disesuaikan dengan tingkat kebutuhan. Setiap item
yang jumlah atau ukurannya hampir mendekati safety stock, maka segera
dituliskan dalam papan catatan rencana pembelian. Hal ini dilakukan untuk
memudahkan pengaturan rencana pembelian selanjutnya dan agar tidak terjadi out of stock.
6.
Terdapat
satu meja bundar besar untuk peletakan bahan dan alat yang dibutuhkan pada saat
proses penjahitan dan assembly, sehingga proses perapian kembali dapat
dilakukan lebih cepat. Hal ini dilakukan untuk membatasi kesemrawutan yang
biasanya terjadi ketika proses produksi dilakukan, karena item yang dibutuhkan
biasanya banyak sekali. Kemudian, digunakan juga wadah bundar dengan beberapa
tempat kecil di dalamnya untuk menempatkan bahan-bahan yang diperlukan selama
pembuatan produk.
7.
Pembuatan
katalog pola untuk memudahkan arsip
varian pola produk yang sudah pernah dibuat dan agar setiap produk yang dibuat
memiliki kualitas yang standard.
8.
Pembuatan
SOP (standard operating procedure)
untuk memudahkan proses transfer ilmu kepada pekerja baru dan agar produk yang
dihasilkan oleh pekerja yang berbeda memiliki kualitas yang sama.
9.
Bahan
atau produk cacat yang masih bisa di-recycle
dimasukkan dalam satu wadah untuk diproses kembali menjadi suatu item yang
berguna.
10.
Pembuatan
company profile yang dipajang di
tempat usaha untuk menumbuhkan sifat dan sikap positif kepada owner dan karyawan. Misal, penempelan
sertifikat/penghargaan yang pernah diraih, kata-kata motivasi, slogan
perusahaan, dll.
Referensi
Kartika, H. dan Hastuti, T. (2011). Analisa Pengaruh Sikap Kerja 5S dan Faktor
Penghambat Penerapan 5S terhadap Efektivitas Kerja Departemen Produksi di
Perusahaan Sepatu. Jurnal PASTI Volume
V Edisi 1, Desember 2011
Osada, T. (2011), Sikap Kerja
5S, Penertbit PPM, Jakarta